Oleh: Manguji Nababan*
JAKARTA, Kalderakita.com: Buku ini berisi tentang Tuan M.H Manullang sebagai pejuang agraria yang berani dan konsiten menentang ekspansi kolonial di tanah Batak. Tuan Manullang – politisi, tokoh pergerakan nasionalisme, dan tokoh pers ini – lahir di Tarutung tahun 1887.
Tuan Manullang, si orator ulung itu adalah founder Hatopan Kristen Batak (HKB) pada tahun1917. Organisasi berbasis agama itu dijadikannya sebagai peretas gerakan nasionalisme di tanah Batak.
“Oela Tanom, Asa Unang Digomak Oelando" yang artinya: “Garap tanahmu, jangan sampai dikuasai Belanda,” adalah motto yang selalu dikumandangkan di koran 'Soeara Batak' yang didirikannya tahun 1919.
Sepak terjang politik yang kritis dan jenial itu kerap memusingkan kolonial Belanda. Kritikan yang tegak lurus menghujam praktik kolonialisme dan birahi untuk menguasai tanah Batak, itu lah yang menyeretnya ke persidangan.
Delik kolonial yang memposisikannya sebagai ekstrimis politik adalah harga mahal yang harus ditanggungnya sehingga beliau harus bolak balik dijebloskan ke penjara.
Lebih dari seabad yang lalu, Tuan Manullang telah melakukan perlawanan terhadap konsesi plantation yang mengancam ladang, hutan kemenyan disekitar Tarutung-Sibolga. Ketika itu pertarungan dimenangkan oleh BANGSA BATAK dibawah komando Tuan Manullang.
Dus, apa kabar hari ini dengan Food Estate 2020 di Humbang Hasundutan, apakah itu sungguh-sungguh demi kesejahteraan rakyat??? Bagaimana pula gerakan 'gila' tim 11 pimpinan Lae Togu Simorangkir yang jalan kaki ribuan km menyerukan TUTUP TPL, apakah seruan masyarakat Batak itu akan didengar oleh yang mulia Presiden Jokowi???
Wallahualam.....!
Buku Tuan M.H Manullang mayoritas bersumber dari dokumen pers Soeara Batak (1920-1922) dieditori oleh Dr. Ichwan Azhari (Pussis Unimed) yang diberi Pengantar oleh Dr. Edy Ikhsan (Warek I USU).
Sedangkan penerjemah naskah Batak oleh Manguji Nababan (PD&PKB Universitas HKBP Nommensen) dan memeriksa glossarium bahasa Belanda oleh Dr. Dirk Buiskol (Sejarawan Belanda).
Buku ini telah terbit Maret 2021 yang lalu, namun dicetak dengan jumlah eksemplar yang terbatas....
*Manguji Nababan adalah ahli sastra Batak.