JAKARTA, Kalderakita.com: Langkah aksi jalan kaki Tim 11 terpaksa terhenti di bundaran air mancur Senayan, Jakarta. Padahal, tujuan akhir mereka adalah Istana Merdeka yang tinggal berjarak 13,4 kilometer lagi.
Persis dekat Patung Pemuda Membangun yang ada di ujung selatan Jl. Sudirman, Jakarta, aparat kepolisian nampaknya telah bersiap ‘menyambut’ rombongan TIM 11. Setibanya mereka di sana, lewat pengeras suara aparat menyampaikan halo-halo agar seluruh rombongan baik pengemudi maupun yang berjalan kaki melakukan tes antigen.
“Semuanya melakukan tes antigan. Untuk tim dokter supaya mempersiapkan diri. Tetap jaga protokol kesehatan. Seluruh peserta aksi harap lakukan pemeriksaan, tim kami sudah persiapkan. Siapkan KTP yang dari Sumatera Utara. Tes swab antigen ini gratis.”
Togu Simorangkir mengingatkan seluruh anggota TIM 11 agar mengikuti anjuran aparat. Mereka pun dengan tertib antri sambil menjaga jarak menunggu giliran tes swab.
Insiden
Di tengah acara mengantri, tiba-tiba seorang aparat berpakaian preman dengan nada tinggi menunjuk Bumi, anggota termuda TIM 11 yang usianya masih 8 tahun.
“Itu anak siapa itu. Orang tuanya mana?” kata sang aparat dengan nada tinggi.
“Saya,” jawab Togu yang kebetulan berada tak jauh dari aparat itu.
Hasil swab Togo reaktif; menjadi satu-satunya dari tim 11 (foto: FB)
“Kamu yang menyuruh ikut anak-anak aksi?” lanjutnya.
“Tidak. Kenapa rupanya?” kata Togu balik bertanya.
“Itu kenapa dikasih lambang itu [lambang Raja Sisingamangaraja XII], kok ikut-ikutan aksi?”
Seperti yang lain, Bumi menyematkan bendera berlogo Sisingamangaraja XII di punggungnya saat ia berjalan bersama rombongan TIM 11.
“Ini lambang Sisingamangaraja, buyut saya,” kata Togu.
Rupanya jawaban ini justru menyulut kemarahan sang aparat. Dengan keras dia bilang,”Saya juga orang Batak!”
“Ya iya, ini [Raja Sisingamangaraja XII] nenek saya, ompung saya. Saya berhak pake bendera atribut ompung saya,” kata Togu.
“Ini anak-anak kau libatkan!”
Bumi dan Togu (foto: FB)
“Laporkan saja aku kalau misalnya anakku keberatan ikut. Dia [ikut aksi ini] karena ingin Danau Toba lestari,” jelas Togu.
“Gak ada pemikiran Danau Toba Lestari!”
“Bah, marga apa Lae?” tanya Togu.
“Tak perlu kau tahu marga saya!” katanya sambil mlipir pergi.
“Woo...,” kata Togu. Salah seorang anggota TIM 11 sempat emosi mendengar jawaban sang aparat.
“Kalau kau polisi, kalo sama masyarakat halus-halus kau ngomong.”
Togu pun menenangkan rekannya. “Sudah kita ikuti saja anjuran bapak polisi untuk swab.”
“Iya tapi gak sopan dia ngomongnya. Gak intelek,” kata anggota TIM 11 yang lain.
Togu kembali mengingatkan rekan-rekannya agar tetap tenang. “TIM 11 semua tenang ya. Jangan ada yang terpancing.” Ketegangan pun mereda.
Bumi semangat ikut aksi (foto: FB)
Seluruh kejadian ini disiarkan langsung oleh Togu di halaman Facebook-nya. Dukungan bagi Togu dan kawan-kawan mengalir deras. Tercatat ada lebih dari 6 ribu orang menyaksikan siaran langsung ini dan memberi komentar mendukung mereka.
Hanya Togu yang hasil swab-nya positif
Beberapa saat kemudian hasil swab antigen keluar. Semua negatif kecuali Togu Simorangkir.
Sambil bercanda dia pun berujar, ”Sudah ditarget aku.”
Seluruh anggota TIM 11 lantas dibawa mobil khusus polisi ke Wisma Atlet Kemayoran. Di dalam mobil mereka nampak santai saja bahkan Togu terus bercanda mengatakan,” Kita adalah virus...karena kita virus perlawanan. Panjang umur perlawanan. Panjang umur perjuangan!” pekiknya.
Laporan terkini diterima Kalderakita.com dari pegiat masyarakat adat Abdon Nababan yang siang itu bergabung dengan TIM 11 mengikuti aksi jalan kaki menyebut setiba mereka di Wisma Atlit, rombongan diarahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) ke Rusun Pasar Rumput tempat isolasi pasien COVID-19. Seluruh rombongan akan melakukan pemeriksaan PCR kecuali Togu Simorangkir.
Di atas mobil menuju Wisma Atlet Kemayoran (foto: FB)
“Yang lain menuju ke Polres Jakarta Pusat. Saya masih bersama mereka,” ujar Abdon.
Di halaman Facebook-nya Togu menulis: Aku terpisah dengan 10 orang lain. Mereka di Polres Jakarta Pusat untuk di BAP. Aku sedang ngopi di suatu tempat.
Pencegatan Togu dkk., di tengah jalan ini terasa janggal sebab di antara seluruh rombongan yang telah berhasil menempuh lintasan Balige-Jakarta (1.700-an Km) cuma sang ikon yang dinyatakan positif setelah swab antigen. Bukankah selama 44 hari mereka selalu seiring sejalan?
Menghindari agar massa tak mengalir ke Istana Negara, kemungkinan itulah yang dilakukan otoritas keamanan, tadi. Saat kejadian, menurut pemantauan Kalderakita.com, akses untuk memasuki Istana sedang ditutup. Orang-orang intelijen berjaga di sejumlah titik dan mencegat orang-orang mendekat. Konsentrasi massa memang ada, terutama di kantor Horas Bangso Batak (HBB) di Jl. Abdul Muis yang dekat saja dari Istana Negara.