JAKARTA, Kalderakita.com: Pernyataan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan 5 tahun lalu tentang PT Toba Pulp Lestari (TPL), kembali beredar luas di media sosial.
Saat membuka ‘Workshop Strategi Penguatan Kapasitas Masyarakat di Kawasan Danau Toba’ di Institut Teknologi Del, Laguboti, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) pada 18 Agustus 2016, pensiunan jenderal yang berasal dari pasukan elit Kopassus ini menyebut bahwa nilai tambah yang diberikan TPL hanya 2 kali, tetapi kerusakan yang ditimbulkan 16 kali.
Oleh sebab itu, Luhut ingin agar masalah ini diselesaikan sehingga Danau Toba sebagai tujuan wisata unggulan, dapat memenuhi standar lingkungan hidup.
“Jangan sampai lingkungan hidup tidak baik, sehingga orang tidak mau datang kemari,” katanya seperti dilansir website resmi Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Jumat (19/8/2024).
Pernyataan Luhut ini, kini menjadi relevan di tengah meluasnya suara yang menentang keberadaan TPL.
Luhut saat membuka workshop 2016 (foto: FB)
Perusahaan yang beroperasi sejak 1985 ini dianggap telah merusak hutan. Mereka membabati hutan-hutan di wilayah konsesinya yang tersebar di 12 kabupaten dan menggantinya dengan tanaman monokultur eukaliptus.
Hutan adat yang kebanyakan merupakan pohon kemenyan juga mulai pupus. Padahal kemenyan merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakat yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Tatanan sosial pun menjadi berantakan akibat adu domba oleh korporasi.
Belum lagi sederet kasus kriminalisasi yang dilakukan perusahaan terhadap warga. Kekerasan masih terjadi hingga sekarang. Yang terkini adalah bentrokan fisik antara petugas keamanan PT TPL dengan masyarakat Desa Natumingka, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba, pada Selasa (18/5/2024). Akibatnya, puluhan warga terluka.
Inilah yang kemudian memicu pegiat sosial Togu Simorangkir menggagas ide jalan kaki dari Balige ke Jakarta sejauh 1.700-an kilometer. Dia lalu merekrut sejumlah teman sehingga terkumpul 11 orang. Mereka kemudian menyebutnya TIM (Tulus Ikhlas Militan) 11.
Ritual adat Batak saat melepas Togu dkk jalan kaki Balige - Jakarta (foto: FB)
Setelah berjalan selama 44 hari, mereka tiba di Jakarta pada Selasa, 27 Juli 2021. Selain bertujuan untuk membangkitkan kesadaran khalayak tentang kondisi kawasan Danau Toba yang tidak sedang baik-baik saja, Togu cs ingin bertemu langsung Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta. Mereka hendak menyampaikan aspirasi Aliansi Gerakan Rakyat (Gerak) Tutup TPL.
Saat ini, Togu dkk. masih menunggu penjadwalan dari Istana.
Kembali ke pernyataan Menko Luhut.
Beberapa saat lalu Togu Simorangkir juga ikut meng-unggah berita 2016 yang bertajuk “Menko Luhut: Proyek Danau Toba Harus Segera Dikerjakan” di halaman facebook-nya, dengan sebuah pesan singkat:
“Semoga Bapak Sehat-sehat saja.”
Panjang Umur Perjuangan
Hingga pukul 16:15, unggahan ini sudah di-like 975 netizen; 119 mengomentari, dan di-share 15 kali.
Luhut saat memimpin rapat dengan 7 Bupati pada 2016 (foto: FB)
Halaman FB Togu cukup ramai dibanjiri komentar yang isinya pun beragam: ada yang sinis terhadap Luhut karena setelah 5 tahun pun, tidak ada langkah signifikan yang diambil pemerintah. Ada juga yang menyerang pribadi Luhut:
“2016 sudah 5 thn. Tp masih banyak pemuja nya.”
Netizen lain menulis:
“Begitulah lae Togu Simorangkir, Jendral yg sangat dibangga2kan halak Batak reality Pejabat yang menjajah dikampung halaman sendiri, kebanyakan Omdo. Karna beliau sudah kebagian lahan dari TPL di kab. Humbahas seluas 500Ha -an. Kebanyakan pejabat halak Batak itu hanyalah Gila Kekuasaan.”
“Sdh 5 tahun hanya omkos, tdk perlu menceritakan dampak kerusakan,, jika tahu merusak kok dibiarkan?? Kadang manusia itu paradoks, lain dihati lain dimulut lain pula dipikirannya..!🙄
Tapi ada juga yang terusik atas pernyataan yang menyerang Luhut:
“Heran aku.. Kok jadi luhut binsar kalian bully..Kalian paham tidak kalian.. Kalau bukan karna dia bona pasogitta tidak akan maju sedikit pun biar tau kalian.. Program bandara silangit itu usul dia. Program danau toba itu usul dia... Jangan terlalu tolol kalian berfikir...dia itu bnyak pikirkan bona pasogit kita.”
Begitulah kekuatan media sosial. Track-record seseorang akan tersimpan selamanya. Jika tiba saatnya dan di waktu yang tepat, netizen dapat melacak kembali jejak dan reputasi seseorang. Apalagi jika orang itu termasuk pesohor atau pamangku kebijakan.