Panatapan Huta Ginjang, Surga Wisata yang Lama Tersembunyi

Panatapan Huta Ginjang, Kecamatan Muara (foto: P Hasudungan SIrait/Kalderakita.com)
Panatapan Huta Ginjang, Kecamatan Muara (foto: P Hasudungan SIrait/Kalderakita.com)

JAKARTA, Kalderakita.com: Lama ia menjadi semacam surga tersembunyi. Hingga paruh pertama tahun 2000-an pun sedikit saja orang yang datang melongoknya. Sebab? Lokasinya  dianggap jauh dari kota dan agak sulit menjangkaunya. Lintasan menuju kesana adalah jalan yang belum beraspal.

Huta Ginjang, namanya. Letaknya di Kecamatan Muara, Kabupaten  Tapanuli Utara. Dalam bahasa Batak Toba,  huta artinya kampung, sedangkan ginjang tinggi.Jadi, maknanya   adalah kampung di ketinggian. Ia berada sekitar 1.550 meter di atas permukaan laut (dpl).

Dari tepinya yang curam, di kejauhan tampak Danau Toba (905 meter dpl) menghampar. Semenanjung dan teluknya yang membentang dari ujung kiri hingga kanan, sedap dipandang meski sedang bersaputkan kabut tipis di sana-sini. Jangan tanya betapa segar udara di sini.

Foto: P Hasudungan Sirait/Kalderakita.com

Bandara Silangit, Siborongborong, mulai beroperasi pada 14 Desember 2012. Tentu saja imbasnya segera dirasakan kitaran Pantapan Huta Ginjang yang cuma 15 menit dari sana kalau orang berkendaraan.Pembangunan oleh negara mulai mendekapnya. Infrastruktur, termasuk  jalan beraspal,   menjangkau hingga tempat penatapan yang telah diratakan agar menjadi lapangan luas yang bisa dimanfaatkan pengunjung.

Pengunjung berdatangan. Tempat ini pun bangkit  perlahan menyongsong kemajuan yang mendadak datangakibat mendaratnya pesawat dari pelbagai kota, termasuk Jakarta.Begitupun, hingga hari ini fasilitas untuk pelancong masih minim di sana.

Kecuali paralayang (gantole), tak ada layanan modern yang istimewa di sana. Tempat makan-minum pun masih serba bersahaja. Termasuk di sekitar Bukit Doa Taber (singkatan dari Tapanuli Bersinar) di  Dolok Martumbur, yang tak jauh dari pelataran. Sebuah patung berbentuk tangan orang yang sedang berdoa (dari ujung jari hingga pergelangan tangan saja) menjadi ikonnya.

Foto: P Hasudungan Sirait/Kalderakita.com

Di masa pandemi yang sudah memasuki tahun ke-2, seperti daerah tujuan wisata lainnya Panatapan Huta Ginjang juga merana. Beberapa bangunan terlantar yang tadinya merupakan tempat bersantai, merupakan pertandanya. Ah, semoga saja virus yang mendera dunia tersebut lekas berlalu…