JAKARTA, Kalderakita.com: Meski kitab Batak kuno tak memuat beragam informasi terkait kearifan lokal, sejarah orang Batak, adat istiadat, atau silsilah marga, tetap penting untuk menyelamatkan apa yang tertuis dalam Pustaha Laklak.
“Konten itu tetap penting. Sejumlah pihak di Eropa welcome untuk ikut mendigitalisasi laklak,” kata Manguji.
Menurut ahli pustaha Batak ini, hal itu perlu segera dilaksanakan. Kenapa?
“Karena benda itu, Pustaha Laklak, dia tidak bisa lestari. Kita hanya bisa memperlambat kepunahan. Itupun punya limit dari segi waktu,” imbuhnya.
Di Museum Sumatra Utara ada sekitar 260 koleksi Pustaha Laklak. Dirinya yang juga tenaga ahli di museum itu mengaku telah mendorong agar digitalisasi bisa disegerakan.
“Dengan demikian pengunjung-pengunjung museum tidak harus melihat benda aslinya lagi, tidak harus menjamahnya, tapi sudah bisa melihat, belajar dari digitalnya. Nah itu yang saya dorong. Kemudian ke perpusatakaan nasional juga.”
Untuk mengetahu lebih jauh tentang upaya digitalisasi laklak, baru-baru ini awak Kalderakita.com, Rin Hindryati dan P Hasudungan Sirait mewawancarai Manguji selama hampir 2 jam. Berikut ini petikan lengkapnya.