PAKPAK BHARAT, Kalderakita.com: Sebuah batu yang dipercaya memiliki kekuatan magis lama tersembunyi di tengah hutan di Kawasan Kabupaten Pakpak Bharat. Masyarakt lokal mengenalnya sebagai batu nipe (ular).
Cerita yang melegenda di kalangan masyarakat Pakpak Bharat menyebut bahwa batu berbentuk ular ini merupakan jelmaan dua ekor hewan yang bertarung.
Kisah ini bermula pada ribuan tahun silam. Konon, kala itu seekor wangkah (babi hutan) mengganggu dan menyerang warga. Ia dipercaya kebal senjata sehingga penduduk putus asa menghalaunya. Di tengah keputusasaan, mereka kemudian meminta bantuan seorang sakti untuk memusnahkan wangkah tersebut.
Orang sakti ini kemudian mengirimkan nipe (ular) untuk membunuh sang babi hutan.
Pertarungan kedua binatang ini diyakini terjadi selama selama tujuh haru tujuh malam. Tak ada yang menang maupun kalah karena pertarungan berakhir dengan matinya kedua hewan tersebut. Lokasi pertarungan dipercaya berada tepat di tempat batu nipe berada saat ini.
Masyarat memercayai bahwa petarungan itu ada. Keberadaannnya ditandai dengan sebuah batu berbentuk ular memanjang, dimana pada bagian mulut ular terdapat batu besar mirip babi yang konon adalah rupa jelmaan kedua hewan malang ini.
Pagi itu, rombongan yang terdiri dari 35 orang yang dipimpin langsung Wakil Bupati Pakpak Bharat, Mutsyuhito Solin, memulai ekspedisi.
Mereka bergerak memulai ekspedisi untuk melihat langsung batu penuh nuansa mistik tersebut.
Angin pagi berhembus tenang dan sejuk saat tim bergerak dari jantung kita Salak. Sebelumnya, Mutsyuhito Solin yang meminpin rombongan ekspedisi mengajak seluruh anggota tim untuk berdoa bersama, memohon petunjuk, dan keselamatan dari Sang Khalik.
Ekspedisi yang digagas oleh Wakil Bupati Pakpak Bharat ini bertujuan untuk mencari dan melihat langsung batu legenda yang lama tersimpan rapi di antara bukit dan hutan lebat yang asri. Konon, ia menyimpan segudang kisah legenda.
Perjalanan panjang dan melelahkan, naik turun gunung, keluar masuk hutan belantara, serta mengarungi derasnya aliran sungai tidaklah menjadi rintangan berarti. Rasa penasaran dan keingintahuan untuk menguak kisah penuh mistis ini mampu mengobati semua lelah yang didera.
Setelah menempuh perjalanan selama tujuh jam lebih, termasuk dua jam berkendaran di jalur berkelok serta penuh jurang menganga, rombongan ekspedisi akhirnya tiba di sebuah puncak bukit dimana kisah ini bermula.
Sebongkah batu besar dan panjang membentang jadi penanda legenda. Segenap rombongan terdiam dan terpana melihat fenomena ini. Di antara hutan belantara dan bebatuan serta tersembunyi di alam nan sunyi ini, tersimpan rapi sebuah kisah legenda yang diyakini terjadi pada ribuan tahun silam.
Kisah legenda ini terus hidup karena diwariskan turun temurun dari orang tua, para tetua adat, dan pendahulu. Meski tak melihat dan mengalami langsung peristiwa ini, generasi kini sestidaknya masih dapat menyaksikan peninggalan batu nipe sebagai pengingat.
“Mereka telah lama pergi, kisah mereka masih abadi dan patut kita syukuru,” ucap Mutsyuhito Solin di lokasi seperti dilansir situs resmi Pemkab Pakpak Bharat.
Wakil Bupati Pakpak Bharat ini juga berpesan agar semua orang bisa menjaga dan melestarikan tempat ini.
“Kelak anak cucu kita juga harus tahu cerita ini, bahwa dulu nenek moyang kita pernah bertaruh nyawa disini, tentunya demi kelangsungan kita anak cucunya," imbuhnya.
Untuk itu, ia mempertimbangkan untuk menjadikan lokasi ini sebagai objek wisata dan penelitin.
"Bagaimana hal ini bisa terjadi dan apa pendapat para ahli sejarah serta arkeolog. Mereka mungkin bisa menjelaskan secara ilmiah kepada kita semua," pungkas Mutsyuhito Solin.